Selasa, 22 Oktober 2013

PERJODOHAN MENURUT PETUNG/HITUNGAN JAWA DAN ISLAM


Orang suku jawa mempunyai adat-istiadat/tradisi yang memang sulit untuk di tinggalkan, karena sudah begitu lekat atau sudah mendarah-daging hingga sampai sekarang.

Beberapa tradisi yang sudah mendarah-daging tersebut hampir meliputi seluruh kehidupan manusia, diantaranya: kehamilan ada tradisi 7 bulan (tingkeban/mitong sasi) untuk anak pertama, kelahiran ada cukuran, hingga sampai kematianpun ada tradisi 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya.

Semua tradisi yang begitu banyak sehingga tidak dapat ditulis seluruhnya dalam postingan ini, menurut orang jawa semua itu menggunakan rumus perhitungan masing-masing. Dalam petung/perhitungan jawa, tidak hanya untuk menghitung kapan acara-acara dilaksanakan, tapi juga menghitung hari lahir, perjodohan, rizki, hari baik maupun hari buruk dan lain-lain.

Salah satu yang akan dibahas dalam postingan ini adalah bagaimana PERJODOHAN menurut perhitungan JAWA dan bagaimana perhitungan tersebut menurut ISLAM???

Langsung saja tak usah pake lama, orang jawa kuno sudah menggunakan perhitungan ini hingga turun-temurun sampai ke generasi sekarang.

Menurut petung jawa, perjodohan itu bisa dihitung berdasarkan hari atau weton lahir dari kedua pasangan tersebut.

Cara menghitung weton lahir yaitu dengan jumlah neptu hari dan pasaran sesuai dengan hari kelahirannya, berikut adalah jumlah neptu tiap hari dan pasaran:

Neptu hari:
Ahad   = 5 
 Senin   = 4 
 Selasa  = 3 
 Rabu    = 7 
 Kamis  = 8 
 Jum’at = 6 
 Sabtu   = 9

Neptu pasaran: 
Legi     = 5
Pahing = 9 
 Pon      = 7 
 Wage   = 4
 Kliwon= 8

Nah, untuk contoh misalkan seseorang A lahir pada "Rabu Pahing" berarti jumlah neptunya (7+9=16) di jodohkan dengan seorang B yang lahir pada "Rabu Legi" berarti jumlah neptunya (7+5=12), jadi jumlah dari kedua pasangan berjumlah genap yakni 16+12=28 menurut orang jawa jika jumlahnya genap maka perjodohan tersebut beralamat "TIDAK BAIK" untuk dilanjutkan, menurut orang tua jawa jumlah "28" itu merupakan satuan terburuk dalam petung perjodohan karena mempunyai arti satuan "KEBO GERANG" yang artinya salah satu orang tua dari kedua pihak akan kalah (mati) atau salah satu diantara kedua pihak sendiri yang kalah (punggel/mati salah satu), ini memang sudah banyak terbukti berdasarkan pengalaman orang-orang tua jawa terdahulu.

Dengan demikian, apakah kita harus percaya dengan perhitungan tersebut??? bagaimana perhitungan tersebut menurut ISLAM??? bukankah semua hanya Tuhan yang mengatur baik maupun buruknya perjodohan??? Sungguh!!! "WALLOHU A'LAM BISSHOWAF WALAHAULA WA LAQUWWATA ILLA BILLAH"

Baiklah, saya akan mencoba memberi pendapat sesuai kemampuan saya, sebaiknya kita percayakan semua hanya pada Alloh SWT semata Yang Maha Kuasa atas segala-galanya, karena itu hanya sebatas perhitungan saja serta pengalaman dari orang-orang tua dulu. Ingat!!! kita hidup di zaman sekarang bukan zaman dahulu...

Lalu boleh atau tidak kita menggunakan perhitungan tersebut??? Saya jawab "BOLEH-BOLEH SAJA" tapi ya jangan terlalu fanatiklah, seolah-olah harus menggunakan hitungan atau seolah-olah jika tidak menggunakan hitungan akan berdosa dan lain-lain... sebenarnya penggunaan metode perhitungan tersebut semata-mata hanya untuk berikhtiar mencari yang lebih baik, tapi tetap ingat!!! bahwa semua kebaikan itu datangnya hanya dari Alloh SWT semata.

Jika perhitungan tersebut tidak boleh dipercaya, mengapa sering terjadi kebenarannya???
"karena perhitungan tersebut sudah mendarah-daging sehingga orang-orang tua mempercayai akan kebenarannya, sedangkan itu belum tentu terjadi, tapi kita sadar sebagai anak yang memang harus mengikuti pedoman orang tua, jika perjodohan tetap berlanjut sedangkan menurut perhitungannya hasilnya "buruk", tentu secara tidak langsung orang tua kita tidak merestui atau tidak meridhoi perjodohan tersebut berlanjut...!!! sekarang kita kembalikan ke Hadist Nabi SAW:


عَنْ عَبْدُ الله بن عَمْرٍو رضي الله عنهما قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم: رِضَى اللهُ فى رِضَى الوَالِدَيْنِ و سَخَطُ الله فى سَخَطُ الوَالِدَيْنِ ( اخرجه الترمذي وصححه ابن حبان والحاكم)

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”.
( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

Dari Hadist di atas dijelaskan bahwa ridho dan murka Alloh itu tergantung pada ridho dan murka orang tua, jadi intinya jika orang tua tidak meridhoi dengan perjodohan tersebut, maka jangan dilanjutkan!!! karena Alloh juga tidak akan meridhoinya... takutnya akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi sebaliknya jika orang tua merestui dan meridhoi, maka Alloh juga akan merestui dan meridhoi juga, meskipun menurut petung jawa hasilnya buruk tapi Insya Alloh dengan ridho Alloh dan ridho orang tua semua tidak akan terjadi apa-apa alias AMAN-AMAN SAJA...***
Wassalam...

NB: Bagaimana menurut ANDA??? ditunggu komentarnya...!!!